Greenland Leleh Lebih Lambat dari Antartika

Kompas.com - 04/02/2013, 10:16 WIB

COPENHAGEN, KOMPAS.com - Berdasarkan penelitian tentang melelehnya lapisan es Greenland, tambahan air laut dari lapisan es Greenland diperkirakan lebih kecil daripada Antartika. Penelitian itu membandingkan kondisi saat ini dengan periode Eemian ketika iklim lebih hangat. Periode Eemian berlangsung 130.000-115.000 tahun lalu.

Pada periode itu permukaan air laut jauh lebih tinggi dan iklim jauh lebih hangat dibandingkan sekarang. Selisih ketebalan es hanya beberapa ratus kaki (1 kaki setara dengan 33 sentimeter). Hasil penelitian dilaporkan dalam jurnal ilmiah Nature, Kamis (24/1/2013).

”Meski periode Eemian menyebabkan permukaan laut 4-8 meter lebih tinggi dari permukaan laut sekarang, lapisan es di barat laut Greenland hanya turun beberapa ratus meter dibandingkan penurunan sekarang. Ini indikasi bahwa kontribusi dari lapisan es Greenland tidak sampai setengah dari kenaikan permukaan air laut saat itu,” ujar peneliti dari Universitas Copenhagen, Dorthe Dahl-Jensen.

Saat ini Greenland bereaksi cepat terhadap pemanasan global, tingkat pelelehannya mencapai rekor pada musim panas 2012. Sejumlah penelitian memperkirakan Greenland telah kehilangan lebih dari 200 juta ton es setiap tahun sejak 2003.

Maret 2012, dalam jurnal Nature, para ahli Eropa melaporkan terjadi kenaikan 0,8-3,2 derajat celsius secara global setelah dimulainya era industri, sekitar tahun 1850, dan akan melenyapkan lapisan es di Greenland. Suhu rata-rata permukaan bumi naik sekitar 0,7 derajat celsius dibandingkan sebelum era industri. Peningkatan suhu lebih cepat terjadi di Greenland.

Model yang digunakan masih ada keterbatasan data. Karena itu, Proyek Pengeboran Es Eemian Greenland Utara (NEEM) mengebor lapisan es hingga ke lapisan periode Eemian. Dalam lapisan es terdapat lapisan-lapisan yang menunjukkan siklus periode dingin dan periode hangat bumi selama beberapa juta tahun silam. Namun, pemanasan global saat ini tak terjadi akibat siklus itu, tetapi akibat terperangkapnya gelombang energi panas matahari oleh emisi gas rumah kaca, antara lain, karbon dioksida, metana, dan khlorofluorokarbon yang merupakan limbah gas dari aktivitas manusia.

Penelitian kali ini merupakan yang pertama berhasil merekonstruksi secara lengkap catatan iklim dari lapisan es zaman Eemian. Mereka melakukan penelitian dengan melihat varian molekuler, yaitu isotop pada inti lapisan dan melihat gelembung udara yang terperangkap. Dari temuan dapat terbaca kondisi atmosfer periode tersebut.

Suhu tertinggi era Eemian terjadi 126.000 tahun lalu. Suhu tertinggi 8 derajat celsius lebih panas dari suhu rata-rata 1.000 tahun terakhir, lebih hangat dibandingkan perkiraan suhu dari model iklim yang dipakai. Lapisan ini ditemukan pada kedalaman sekitar 130 meter.

”Kami sekarang memiliki bukti yang mengonfirmasi bahwa bagian barat Antartika bersifat dinamis dan memiliki peran penting dalam peningkatan permukaan air laut pada periode es antarwaktu (interglacial period),” ujar Jim White dari proyek NEEM di Amerika Serikat dan ahli inti es Boulder dari Universitas Colorado, Amerika Serikat. (BBC.com/ISW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Video Pilihan Video Lainnya >

komentar di artikel lainnya
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau